Subscribe:

Labels

Monday, February 21, 2011

SIASAT DAN CARA MENULIS


 Informatif & Komunikatif

Usahakan-lah menulis dengan bahasa yang informatif, jelas dimengerti dan mudah sampai ke pemahaman pembaca. kata Ernest Hemingway : untuk bisa menulis prosa yang efektif penulis pertama-tama harus mengumpulkan kepingan informasi serta detil Konkret yang spesifik dan akurat -- bukan kecanggihan retorika atau pernik-pernik bahasa. Ya, begitulah.

Sebab bahasa informatif dan komikatif disini adalah bahasa-tulisan yang efektif, dan padat. Artinya hindari pemakian bahasa yang ber-tele-tele.
Sekedar contoh ;  “ menurut hemat saya …” diganti menjadi “ saya kira …
agar supaya …”  diganti menjadi     “supaya… “   atau    “ agar….”  Saja.
Karena pada umumnya dalam tulisan media cetak (Jurnalistik) editor mengharapkan tulisan yang padat dan ketat.
Seseorang yang menullis karangan pendek bukanlah berarti hanya  sedikit yang hendak dikatakannya, melainkan banyak hal  namun dirangkai dengan kata yang tepat, sedikit dan tidak berbunga-bunga. Dengan sedikit saja maknanya akan banyak dan meninggalkan kesan yang berarti.

Signifikansi

Tulisan yang baik memiliki dampak pada pembaca. Dia mengingatkan pembaca pada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka, kesehatan, kemakmuran maupun kesadaran mereka akan nilai-nilai. Dia memberikan informasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Serta meletakkan informasi itu dalam sebuah perspektif yang berdimensi: mengisahkan apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Oleh sebab itu prinsip dasar jurnalistik (5W+1H) juga beralaku dalam karangan.
Juga perlu ketepatan, artinya  prinsip “ Kata yang tepat untuk peristiwa yang tepat.” perlu diperhatikan.Seseorang yang ingin menulis, misalmnya, di sebuah media. Ia harus memperhatikan Head-line atau perkembangan berita yang sedang berjalan. Denga siasat Riding The News  seseorang bisa memungkinkan tulisannya di muat.

Fokus

Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus. ''Less is more,'' lagi-lagi kata Hemingway. Umumnya tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal. Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan pertempuran. Memperbincangkan sebuah person, sebuah kehidupan, bukan sebuah kelompok sosio-ekonomi.
''Don't write about Man, write about a man,'' kata Elwyn Brooks White, seorang humoris Amerika.
Maksudnya, untuk menciptakan warna tulisan tidak perlu royal kata. Gantilah kata yang bersifat umum menjadi kata yang mengandung makna khsus, spesifik.  Contoh : “Peserta rapat itu terdiri dari berbagai suku bangsa yang ada di tanah air kita.” Sebaiknya dirubah menjadi “ peserta rapat itu terdiri dari suku Sunda, Batak, Minang dan Bali.dst.

Konteks

Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan kemana mengalir, seberapa jauh dampaknya dan seberapa tipikal. Penulis yang tak terlalu piawai akan menyajikan konteks dalam sebuah kapsul besar secara sekaligus, sehingga sulit dicerna. Penulis yang lebih lihai menggelombangkan konteks ke seluruh cerita. Namun, ada tiga unsur yang perlu diperhatikan disini yaitu ; Kebenaran isi karangan, manfaat bagi para pembacanya pada umumnya, dan enak/indah waktu dibaca. Jadi perlulah dicari konteks-nya.

Bentuk

Tulisan yang efektif memiliki sebuah bentuk yang mengandung dan --sekaligus -- mengungkapkan cerita, gagasan dan ide. Umumnya berbentuk narasi (-ilmiah). Dan sebuah narasi bakal sukses jika memiliki semua informasi (referensi tekstual dan atau faktual) yang dibutuhkan pembacanya apalagi jika gagasannya bisa diungkapkan dalam pola kronologis aksi-reaksi. Penulis harus kreatif untuk menyusun sebuah bentuk yang memungkinkan pembacanya memiliki kesan komplet yang memuaskan. Maka menguasai banyak kosa-kata  untuk lebih menghasilkan karya yang lebih meyakinkan lebih diutamakan dari pada  menggunakan kata yang dipinjam dari pengarang/buku lain.

0 comments:

Post a Comment

Chitika